Serangga
termasuk kelompok (klas) dalam filum arthropoda. Secara morfologi, serangga
memiliki tiga bagian tubuh utama yakni Kepala (caput), dada (thorax),
dan perut (abdomen). Serangga dapat
dibedakan dari anggota arthropoda lain kerana memiliki 3 pasang kaki dan pada
umumnya memiliki sepasang sayap. Pada bagian luar tubuh, serangga memiliki
kulit keras (eksoskeleton) yang
tersusun dari zat tanduk. Eksoskeleton
ini dapat berfungsi sebagai pelindung tubuh.
Eksoskeleton tidak tumbuh secara
terus – menerus, oleh karena itu pada beberapa tahap pertumbuhan serangga akan
menanggalkan eksoskeleton dan
menumbuhkan eksoskeleton baru
(Voshel, 2003).
MORFOLOGI SERANGGA
Kepala
serangga secara umum terdiri dari 6 ruas utama (Voshel, 2003). Pada bagian
kepala terdapat mata, sungut, dan mulut. Mata serangga ada dua jenis yakni mata
majemuk (facet) dan mata mata ocelli. Mata majemuk terdiri dari lensa
– lensa (ommatidium) yang berfungsi
untuk menangkap cahaya dan menyapiakan informasi ke otak. Mata ocelli hanya
terditi dari satu lensa dan berfungsi menangkap warna (Jumar, 2000). Sungut (antena) serangga terdiri dari beberapa ruas
dan berfungsi sebagai alat sensoris.
Mulut serangga secara umum terdiri dari labrum, mandibula, maxilla, dan
labium. Labrum, atau bibir atas adalah gelambir sepert sayap yang lebar dan
terletak di bawah klipeus pada sisi anterior kepala di depan bagian-bagian
mulut yang lain. Pada bagian posterior atau sisi ventral labium mungkin ada
daerah yang membengkak yaitu epifaring. Mandibula adalah rahang-rahang yang
berpasangan, sangat bersklerotisasi, tidak beruas dan terletak di belakang
labrum. Maksila adalah struktur yang berpasangan terletak di belakang mandibel,
beruas dan masing-masing mengadung organ perasa yaitu palpus maksila. Labium
terletak pada bagian belakang alat mulut dan membentuk bibir bawah. Labium
terbentuk dari sepasang embelan yang bersatu. Labium teridri dari subemntum,
mentum, dan ligula (Borror et al. 1992).
Dada
serangga terdiri dari 3 ruas yakni dada depan (prothotak), dada tengah (mesothotak),
dan dada belakang (metathorak). Pada
masing – masing ruas terdapat sepasang alat gerak yang berupa kaki. Serangga pterygota (serangga bersayap), pada
mesothoraks dan metathorkas terdapat masing-masing sepasang sayap. Perut
(abdomen) serangga terdiri dari beberapa ruas. Abdomen pada serangga primitif
tersusun atas 11-12 ruas yang dihubungkan oleh bagian seperti membran. Jumlah
ruas untuk tiap spesies tidak sama. Perkembangan evolusi serangga menunjukkan
pengurangan banyaknya ruas abdomen. Abdomen pada bagian atas disebut tergum,
pada bagian bawah disebut sternum, dan bagian tengah yang disebut pleuron
(Jumar, 2000).
PERSEBARAN SERANGGA
Serangga
memiliki tingkat persebaran yang luas, hal ini dapat dibuktikan dengan dapat
ditemukannya serangga di berbagai habitat seperti darat, perariran, pegunungan,
dan gurun. Penelitian yang sudah ada menunjukkan bahwa jumlah serangga yang
hidup di darat (terrestrial) memiliki jumlah spesies yang lebih dominan (Borror
et al. 1992). Sebaran dan kemelimpahan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan seperti cuaca ,
kondisi fisik atau kimia lingkungan, sumber makanan, kompetisi, dan musuh
alami. Faktor cuaca yang berpengaruh antara lain suhu dan kelembaban udara.
Kisaran suhu udara efektik bagi serangga adalah 15°C hingga 45°C., sedangkan kisaran kelembaban udaranya
adalah 73% hingga 100% (Susniahti et al.
2005).
PERAN SERANGGA
Dalam
kehidupan manusia, serangga memiliki berbagai peran baik menguntungkan maupun
merugikan. Beberapa serangga menguntungkan adalah serangga yang memiliki niai
ekonomis seperti penghasil madu, sutera, zat warna, sebagai makanan hewan
peliharaan, dan beberapa juga dapat dijadikan sajian makanan manusia (Borror et al. 1992). Serangga juga dapat
membantu polinasi tanaman budidaya dan terbukti meningatkan hasil produksi (Siregar,
2009). Serangga polinator umumnya sering
mengunjugi tanaman pada saat berbunga meskipun
serangga pengunjung tanaman berbunga pada umumnya didominasi oleh serangga
herbivora (Saragih, 2008). Serangga juga dapat sebagai predator, parasit, dan
parasitoid pada hewan lain sehingga dapat menekan populasi hewan lain (Carl and
Robert, 1994).
Beberapa peran serangga yang merugikan adalah
serangga yang menjadi vektor penyakit seperti nyamuk dan lalat (Hubbert, 1972)
serta serangga hama tanaman budidaya seperti wereng, walang, sangit, dan ulat
grayak (Siregar, 2009). Serangga hama pada umumnya mengunjungi tanaman pada
masa tanam yang berbeda – beda. Serangga herbivora pada umumnya mengunjungi
tanaman pada masa sebelum berbunga (Rizali et
al., 2002), sedangkan pada masa tanam setelah berbunga, serangga hama yang
mengunjungi lebih beranekaragam bila dibandingkan pada masa tanam sebelum
berbunga, seperti serangga yang merusak jaringan tubuh tanaman dan merusak buah
(Putra et. al., 2011). Salah satu
penelitian yang berhubungan dengan kunjungan serangga dan masa tanam tanaman
adalah Indeks Keragaman jenis serangga pada tanaman Stoberi yang dilakukan oleh
Saragih pada tahun 2008. Pada penelitian tersebut disampaikan bahwa pada masa tanam
saat dan setelah berbunga diperoleh indek keanekaragaman yang lebih tinggi
dibandingkan pada masa tanam sebelum berbunga.
Sumber gambar: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/e/e3/South_African_Insect_shrp_crop.jpg
Sumber artikel: Berbagai Buku
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon